IMMBOJONEGORO.OR.ID - Memasuki pertengahan tahun 2019, kemerosotan moral generasi bangsa semakin tak terbendung lagi. Pelajar - pelajar yang seharusnya terdidik dalam hal moral remaja tetapi kenyataannya tidak demikian. Sekolah Dasar (SD) yang dikatakan sebagai taman budi pekerti yang seharusnya melakukan pendidikan dan penanaman budi pekerti siswa kini tak tak mampu menjawab tantangan tag line yang ditanamkan dalam Sekolah Dasar. Di daerah pedesaan, sebagai contoh daerah penulis yaitu di wilayah kecamatan Sekar, banyak pelajar SD kelas 5 dan 6 yang sudah berkeliaran menggunakan kendaraan sepeda motor. Sementara jika kita melihat, anak usia tersebut belum selayaknya mengendarai sepeda motor.
Ditinjau dari sisi lain, minimnya ajaran agama juga menjadi salah satu faktor pelajar SD mulai kehilangan budi pekertinya. Ilmu tanpa agama akan menjadikan suatu tindakan yang asal-asalan tanpa mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Kita lihat saja siswa SD sekarang, terutama dikalangan masyarakat desa, sudah mulai jarang yang belajar di TPQ.
Selanjutnya di kalangan Sekolah Menengah Pertama (SMP), sekolah yang ber-tagline Taman Inovasi ini juga tak banyak menyumbangkan Inovasi - inovasi berbasil Intelektual Islami. Hanya sekolah - sekolah unggul Islam dan Favorit yang masih menjaga nilai agama. Bisa kita lihat contoh di Sekolah - Sekolah menegah pertama Islam yang tak menjadi favorit. Masih banyak terlihat dikalangan wilayah kota Bojonegoro, karakter Islami tidak tercermin dalam jiwa siswa - siswa SMP tersebut. Pergaulan bebas, tata krama dan sopan santun sudah tak diindahkan, bahkan hal sepele yaiti memanggil sebutan Pak untuk para guru saja enggal. Lalu dimana moral generasi muda akan membaik?
Lebih parahnya lagi di kalangan pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA), kejadian - kejadian pelajar hamil sudah tidak dapat dihitung lagi, dan hal tersebut seakan sudah tak bisa dibendung. Diluar hal tersebut, ketika penulis menganalisis sebuah SMK dimana dulu adalah tempat penulis belajar, yang mana penulis adalah angkatan ke-4 yang sedikit banyak tahu tentang proses bendirinya SMK tersebut. Ketika kepala sekolah pertama mendirikan SMK dengan tujuan untuk mencetak siswa - siswi yang berkharakter Imtaq dan Iptek ternyata sekarang berubah drastis. Pernah dalam suatu perlombaan kontes bernyanyi, ketika sekolahan yang berdiri dengan landasan Islami sudah seharusnya ketika mengikuti kontes bernyanyi maka pakaian yang digunakan siswa dalam bernyanyi adalah mencerminkan karakter islami. Namun, dalam kejadian tersebut, siswa justru memakai pakaian seperti penyanyi dangdutan. Yang lebih parahnya lagi, guru sebagai tenaga pendidik membiarkan dan malah terlihat tersenyum dan selfie bersama.
Tentunya, penulis sebagai alumni merasa miria ketika melihat sekolahannya yang didirikan dengan landasan Islami tetapi tidak diindahkan oleh para guru - guru yang sekarang mengajar di sekolahan tersebut. Alhasil, sekarang sekolah ini telah melahirkan para penyanyi - penyanyi ala artis di TV yang tak mencerminkan sifat islami.
Catatan buat guru.
"Guru adalah salah satu pilar berdirinya moral dan budi pekerti generasi bangsa. Buruk pendidikan yanh dilakukan oleh seorang guru, maka buruk sudahlan pandangan tentang generasi bangsa ini".
Semoga dengan apa yang penulis tuliskan ini mampu menjadikan intropeksi dan perbaikan bagi penulis dan seluruh element masyarakat, tak hanya memojokkan kepada guru saja, namun kepada semua pihak. Karena sejatinya kita semua adalah guru.
Billahi fii sabililhaq, fastabiqul Khairat.
Sekretariat PC. IMM Bojonegoro, 27 Mei 2019
*Penulis adalah Sekretaris Umum Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kabupaten Bojonegoro
0 Komentar