Merdeka, itulah satu kata yang setiap tahun kita ucapkan, tidak hanya diucapkan secara lisan tapi juga banyak baleho ataupun pamflet dari pejabat birokrasi juga aktivis mahasiswa yang berlagak sok birokrat. Lalu apa yang sebenarnya merdeka menurut mereka yang lantang dan beramai-ramai mengucapkannya?
Kata merdeka muncul ketika bangsa ini dijajah selama 3 abad lebih 50 tahun oleh belanda, dan 3 setengah tahun dijajah jepang. Waktu yang lama untuk seorang manusia beserta anak cucu hingga cicitnya dalam keadaan bodoh dalam fikiran. Memang perlawanan demi perlawanan dilakukan oleh para tokoh nasional, dari perlawanan fisik hingga perlawanan diplomatik.
Tiga abad lebih negeri ini dijajah, banyak peninggalan berupa fisik ataupun peninggalan secara doktrinal. Peninggalan fisik, kita bisa melihat benteng-benteng diberbagai titik daerah, penjara-penjara untuk kaum pribumi yang melawan, gudang-gudang hasil sumber daya alam dari kerja paksa, dan masih banyak bangunan lainnya, yang kini dinikmati kaum muda penerus bangsa untuk berfoto ria, senyum manis di foto dan di atas penderitaan bangsa ini.
Lain halnya peninggalan secara doktrinal, contohnya sistem per-ekonomian yang kini masih kita terapkan, dan lagi kita bangga menjalankan sistem peninggalan penjajah, terlebih peninggalan Belanda. One Village One Product yang kini masih kita pupuk untuk kemajuan bangsa disektor Ekonomi itu pun peninggalan Menir Belanda. Sistem yang menerapkan bahwasanya di daerah tertentu akan menghasilkan barang tertentu. Contohlah di malang atau di bandung, di sana kontur geografisnya hanya cocok ditanami teh dan kopi, sedangkan di Tuban yang letaknya dekat dengan laut cukup menghasilkan ikan, begitu pun Bojonegoro, yang cukup menghasilkan minyak bumi, tidak lebih.
Artinya apa, pengkotak-kotakan sektor ekonomi itulah yang membuat suatu daerah tidak berkembang, kita tidak pernah mencoba menanam kopi di Bojonegoro yang katanya suhunya tidak cocok untuk tanaman kopi. Padahal, slogan Negeri ini "tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman" dan secara teori, tanaman bisa tumbuh ketika tanah dan unsur-unsur dalam tanah terpenuhi. Hal seperti itu lah yang akhirnya mematikan langkah seorang petani ataupun warga yang kini terkena wabah minim lapangan pekerjaan.
Kita tahu, sebentar lagi Indonesia mengalami yang namanya bonus demografi, yang mana jumlah penduduk produktif akan meningkat 60%, bagaimana kesejahteraan rakyat Indonesia bisa tercapai, jika pemuda atau pun Mahasiswanya tidak merdeka sejak dalam fikiran. Merdeka sejak dalam fikiran bukan berarti mempunyai hak untuk berfikir seenaknya atau sak penak e udel, merdeka sejak dalam fikiran artinya, kita sebagai pemuda sudah seyogyanya tidur beralaskan koran berbantal buku dan berlenterakan diskusi, agar persoalan yang sepele bisa mencari jalan keluar, dan pastinya ketika pemuda sudah merdeka sejak dalam fikiran, akan berani berargumentasi, menyatakan kebenaran diatas ketidak adilan, dan mencapai kemerdekaan yang final lewat merdekanya sistem-sistem yang ada di Negara Indonesia ini. Jadi, ketika letaknya kemerdekaan yang sebenarnya adalah, harusnya merdeka dalam fikiran, sebelum disusul merdeka dalam bentuk yang lain.
Dirgahayu Indonesia ku.
Dirgahayu ke-74.
Mari Merdeka dalam Fikiran dan Tanggalkan Baper karena persoalan yang remeh temeh.
Bojoengoro, 16 Agustus 2019
23:44
[Amar]
0 Komentar