Muda ini, masyarakat di penjuru dunia mengalami yang namanya syndrom tranding topic. Banyak dikalangan anak muda khususnya di Indonesia, ketika mendengar kabar burung yang hangat akan unsur hoax, langsung kebakaran jenggot dan parahnya mereka mengimanai tanpa mengkaji dari sudut pandang yang objektif.
Tidak hanya di Indonesia, banyak orang Eropa yang berperilaku yang sama. Kita bisa lihat, banyak aplikasi untuk dibuat hiburan, contohnya yang kemaren baru trand adalah aplikasi FaceApp. Lihat saja, artis hollywood yang ikut meramaikan tindakan yang tidak ada faedahnya, dan parahnya, anak muda di Indonesia ikut-ikutan, parah memang. Lalu apa penyebab semua itu terjadi, kenapa manusia di era sekarang mendadak gila padahal dari jasmaninya saja sehat.
Kita perlu menengok sejarah, Madzhab Frankfrut yang didalamnya ada beberapa tokoh pemikir dimasa itu, sebutlah yang sering kita kenal adalah Karl Marx, pencetus manusia tanpa kelas. Karena kondisi waktu itu beliau menghadapi era industrialisasi yang dikuasai oleh kaum borjuis kapitalis, yang mengkorbankan banyak buruh, akhirnya Karl Marx membuat gerakan tersebut, dengan dalih, membebaskan hak-hak buruh.
Pasca era industrialisasi dan pecahnya ideologi kiri yang condong akan perjuangan hak kelas bawah, bukan meredam suasana, akan tetapi malah memburamkan arah perjuangan. Dari tidak adanya kelas, akhirnya semua manusia berhak untuk mensejahterakan dirinya dengan berbagai cara, kita bisa katakan ideologi komunis-sosialis. Ideologi tersebut terkesan tidak merugikan masyarakat kelas bawah, akan tetapi disitu muncul pemimpin yang didalamnya terdapat jiwa kapitalis. Kita tahu, pemimpin terkaya di dunia salah satunya adalah Kim Jong Un pemimpin dengan kekayaan Rp 67,7 triliun, di negara komunis.
Dan kita tahu Komunis dan Kapitalis, kini menjadi ideologi yang saling bersaing di sektor ekonomi. Alhasil, banyak pertumbuhan ekonomi dengan mengorbankan manusia untuk memproduksi suatu produk, dari sektor itulah, manusia ditekan dan seakan menjadi mesin utama untuk pertumbuhan ekonomi, bisa dibayangkan betapa jenuhnya manusia, jikalau betul anilisa si penulis terkait dampak pertarungan ekonomi di era pos industrial saat ini.
Dari kejadian tersebut, kita bisa tau sebabnya, kenapa manusia saat ini mengalami syndrom tranding topic, ya karena penyebab utamanya, tubuh dan fikiran manusia diforsis untuk kegiatan industri tanpa ada refresh jasmani dan rohani. Tidak salah ketika manusia atau pemuda saat ini tidak sempat membincangkan lebih dalam isu yang tersebar, karena sejak bangku kuliah, pemuda sudah diajarkan untuk fokus tugas kuliah yang belum tentu objektif dengan persoalan yang ada, bisa jadi tugas praktikum yang diberikan dosen, hanya sebatas formalitas untuk kebutuhan akreditasi kampus.
Lalu, bagaiaman semua itu dapat teratasi? Kuntowijoyo dalam bukunya Islam sebagai Ilmu, menawarkan paradigma islam sebagai alat pembantu dalam hidup. Islam tidak hanya sebatas agama yang penuh doktrin, tapi Islam memberikan penawar dalam menjalani hidup, entah hubungan sosial, pertumbuhan ekonomi, atau pun bernegara. Jadi, persoalan syndrom tranding topic tersebut, bisa dipecahkan dengan membuka cakrawala berfikir dan memahami persoalan dari sudut pandang yang objektif, lewat membaca, berdiskusi atau pun observasi dan anilisa yang tajam dari personalia.
Bojonegoro, 9 Agustus 2019
Amar
0 Komentar