Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Pasang Iklan Dsini

Problematika Kaderisasi Muhammadiyah



Oleh : *Ahmad Khoiris

IMMBOJONEGORO.OR.ID - Muhammadiyah adalah salah satu organisasi besar yang turut menyumbangkan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) yang sangat besar di Indonesia. Namun, kendati demikian, persoalan kaderisasi di Muhammadiyah masih banyak terjadi problem. Besarnya Muhammadiyah ternyata masih belum diimbangi dengan lahirnya individu - individu yang sesuai dengan cita - cita Muhammadiyah, sebagai umat Islam yang Kaffah.

Beberapa problem yang dihadapi Muhammadiyah dalam melahirkan individu - individu yang dicita - citakan adalah salah satunya terkait kaderisasi. Persoalan kaderisasi selalu menjadi topik utama oragnisasi besar seperti Muhammadiyah dalam mewujudkan cita - citanya. Dapat kita lihat seperti di wilayah Bojonegoro. Muhammadiyah di Bojonegoro yang juga begitu besar dan dengan amal usahanya yang besar pula tetapi ternyata persoalan kaderisasi masih menjadi persoalan utama yang menyebabkan tak munculnya kader - kader unggul, militan dan loyal dalam Muhammadiyah sehingga apa yang dicita - citakan Muhammadiyah belum tercapai.

Lalu dalam benak kita terbesit sebuah pertanyaan, apa yang terjadi dalam kaderisasi Muhammadiyah ini? Apakah sistemnya yang kurang tepat? Ataukah ataukah terkendal masalah ekonomi organisasi?
Jika dilihat, berapakah lembaga - lembaga pendidikan yang di didirikan oleh Muhammadiyah? Tentu kita akan menjawab, puluhan bahkan ratusan lembaga pendidikan yang telah didirikan Muhammadiyah. Seharusnya, ketika kita melihat begitu banyaknya SMP, SMA Muhammadiyah, maka sejumlah murid yang ada disitulah jumlah kader - kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Selanjutnya, berapa perguruan tinggi yang telah didirikan Muhammadiyah? Dan dari jumlah mahasiswa yang ada di perguruan tinggi Muhammadiyah itulah seharusnya jumlah kader - kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang lahir. Namun kenyataannya berbeda, bukan demikian.

Lalu, apakah pendanaan organisasi Muhammadiyah ini masih kurang? Jika kita melihat dari sisi ini, tentunya kita menjawab tidak, sebab telah banyak pula Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) seperti rumah sakit, pom bensin, swalayan dll yang menghasilkan provit besar yang masuk ke dalam Muhammadiyah. Lalu apa problem yang terjadi di dalam kaderisasi Muhammadiyah ini?

Dalam seminar dan workshop perkaderan yang dilaksanakan Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bojonegoro pada Rabu (3/4/2019) kemarin, terdapat beberapa problem kaderisasi yang harus di pecahkan oleh Muhammadiyah Bojonegoro untuk mewujudkan cita - citanya.

Problem tersebut diantaranya :
1. Banyak orang yang hanya mencari hidup di Muhammadiyah.
Hal tersebut bisa dilihat dari karyawan yang bekerja di Amal Usaha Muhammadiyah. Kenapa lemabag pendidikan Muhammadiyah tidak bisa menanamkan nilai - nilai kemuhammadiyahan didalamnya? Karena guru yang mengajar di sekolah Muhammadiyah bukan melakukan kaderisasi Muhammadiyah, melainkan hanya mencari pekerjaan di Muhammadiyah. Walaupun ini bukan secara keseluruhan, tetapi mayoritas banyak yang demikian. Sehingga transformasi nilai - nilai kemuhammadiyah itu tidak ditanamkan betul - betul. Pelajaran KMD hanya sekedar diajarkan tanpa ditanamkan secara mendalam. Dalam bahasa kasarnya "Buat apa bersusah payah menanamkan itu, yang penting kita mengajar. Entah diterima atau tidak yang penting tugas kita mengajar dilaksanakan dan mendapat gaji". 
Begitu pula di rumah sakit atau amal usaha Muhammadiyah lainnya. Ketika Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bojonegoro mau menerapkan sistem buku kegiatan aktifitas ber-Muhammadiyah dilingkungan masyarakat kepada karyawan Rumah Sakit seperti yang dilakukan PDM Lamongan di RS. Muhammadiyah Lamongan, justru malah ditolak oleh Direktur RS. Muhammadiyah yang ada di Bojonegoro atau lebih tepatnya Direktur RSA. Hal ini dianggap sebagai kegiatan anak kecil. Sementara, ratusan jumlah karyawan RS Muhammadiyah di Bojonegoro hanya beberapa yang aktif di kegiatan Muhammadiyah, karena ya memang karyawan tersebut hanya untuk bekerja tanpa mau mengikuti aturan dan kaderisasi di Muhammadiyah.

2. Kurangnya sinergitas pimpinan, lembaga, majelis dan Ortom.
Persoalan kaderisasi tidak hanya menjadi tanggung jawab Majelis kader atau bidang kader, melainkan juga menjadi tanggung jawab bersama. Oleh sebab itu, jika tidak terjadi sinergi antar lembaga, majelis, bidang atau ortom maka proses kaderisasi tidak akan berjalan lancar. Untuk mencetak Mubaligh - Mubaligh Muhammadiyah, maka majelis kader harus mampu bekerja sama dengan majelis tabligh. Begitu pula denga. Mejelis yang lain, baik majelis Dikdasmen dll.

3. Ekonomi kader Muhammadiyah yang masih lemah.
Selain kedua sebab diatas, ternyata banyak kader - kader Muhammadiyah yang militan masih lemah terkait kondisi perekonomiannya. Hal itu juga terjadi pula di ranting atau cabang muhammadiyah yang masih kecil. Sehingga, ketida mau melaksanakan kegiatan Muhammadiyah masih terhambat karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saja masih kekurangan. Sementara hal itu tidak sejalan dengan besarnya amal usaha yang didirikan Muhammadiyah.

Dari beberapa pokok permasalahan kaderisasi yang penulis uraikan diatas adalah gambaran kecil di wilayah Muhammadiyah Bojonegoro. Bukan maksud penulis menyalahkan satu pihak atau beberapa pihak saja, tetapi ini adalah permasalahan bersama yang perlu kita pecahkan agar tujuan Muhammadiyah ini tercapai. Tidak hanya menjadi kesalahan Amal usaha atau karyawan yang bekerja di Amal Usaha Muhammadiyah, tetapi juga ketegasan pimpinan Muhammadiyah dan juga sinergitas pimpinan untuk mencapai semua ini.

*Penulis adalah Sekretaris Umum Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kabupaten Bojonegoro dan Ketua Korps Instruktur IMM Bojonegoro
Reactions

Posting Komentar

0 Komentar