Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Pasang Iklan Dsini

Cendikiawan Muhammadiyah Kalah Tenar

Oleh : *Farhan Ulil Mu'tamar Burhan

Sudah lewat satu abad lebih Muhammadiyah mendampingi perjalanan negeri Indonesia ini, hingga milad Muhammadiyah ke 106 tahun dengan semangat perjuangan baru, yaitu "Ta'awun untuk Negeri" yang mana tema tersebut suatu harapan ditengah kecamuknya perpecahan oleh kontestasi politik. Muhammadiyah dengan gerakan pembaharu menjadikan organisasi islam yang berkemajuan, dan disamping itu umat muslim yang ikut serta berjuang menjadi kader Muhammadiyah ingin menciptakan cita-cita Muhammadiyah itu sendiri.

Akan tetapi, di pusaran kontestasi politik yang berkecamuk ini, menuntut Muhammadiyah sebagai organisasi islam yang meredupkan suhu perpolitikan, bukan menjadi organisasi profokator yang mengakibatkan perpecahan diantara kedua belah pihak. Akan tetapi seriring berjalannya waktu, muncul perbedaan pendapat di tubuh Muhammadiyah sendiri, dari yang berpandangan netral tidak memihak, ada pula yang berpandangan Muhammadiyah harus memihak di perpolitikan ini, agar Muhammadiyah berperan memecahkan eprmasalahan negeri ini.

Hal yang lumrah ketika kader Muhammadiyah mempunyai banyak warna dalam proses berfikir hingga menentukan sudut pandang dari berbagai sudut yang berbeda, dikarenakan Muhammadiyah tidak seperti organisasi islam yang lain, Muhammadiyah adalah organisasi islam modern, yang mana menuntut kader-kadernya untuk berfikir bebas dan berpengetahuan luas, sehingga terciptanya narasi baru dalam gerakan pembaharuan.

Sangat disanyangkan jika Muhammadiyah menjadi organisasi islam yang mencerdaskan bangsa, akan tetapi belum bisa menciptakan cendekiawan-cendekiawan muda yang berfikiran progresif dan visioner dalam menghadapi perkembangan zaman. Bagaimana tidak, 171 perguruan tinggi yang dimiliki Muhammadiyah (database Muhammdiyah) yang tersebar di seluruh indonesia, pastinya beribu-ribu calon cendekiawan yang siap membantu kemajuan bangsa dan negara. Dan ditengah arus politik, kampus-kampus yang ada di indonesia menjadi sasaran empuk para pemain politik, dari perebutan suara, kampanye yang langsung tertuju ke kampus, hingga bagaimana para pemain politik itu membungkam organisasi pergerakan mahasiswa, dan kampus serta mahasiswa Muhammadiyah menjadi sasarannya, dan tidak menutup kemungkinan menjadi korban politik di tahun ini.

Banyak tokoh-tokoh pemikir yang dimiliki Muhammadiyah yang sampai saat ini masih menyumbangkan pikirannya untuk dipelajari oleh kader-kadernya di tingkat mahasiswa. Kita kenal Prof. Dr. Sunyoto Usman guru besar Universitas Gajah Mada,  Prof. Dr. Azyumardi Azra sejarawan muslim, Dr. Moeslim Abdurrahman Mantan Ketua Lembaga Pemberdayaan Buruh, Tani, dan Nelayan PP Muhammadiyah, dan lain sebagianya. Beliau-beliau tidak kalah cerdas dengan tokoh-tokoh pergerakan yang bersifat politis saat ini, pemikiran yang ditawarkan sangatlah apik untuk dikaji oleh kader-kader Muhammadiyah ditingkat mahasiwa. Banyak Mahasiswa yang lebih tertarik dengan satu tokoh yang dimunculkan politisi ketimbang ayahandanya sendiri, banyak Universitas Muhammadiyah mengundang Rocky Gerung ketimbang ayahandanya sendiri, entah kalah tarif atau kalah tenar yang sebenarnya terjadi.

Tidak salah ketika kader Muhammadiyah belajar dengan orang non Muhammadiyah, justru itu yang diharuskan untuk mengasah pola fikir dalam memecahkan dan memberikan solusi terhadap problematika bangsa ini. Banyak pemikiran baru yang di miliki non muslim atau non muhammadiyah yang bisa menjadi bumbu penyedap dalam perjuangan Muhammadiyah, seperti halnya tokoh non muslim yang sampai saat ini pemikirannya masih menjadi bahan kajian dasar dalam mengolah pola fikir, contohnya Socrates, Plato, Aristoteles, dan lain sebagainya. Justru ketika kader Muhammadiyah hanya mengkaji pemikiran dari ayahandanya sangat melenceng dengan sifat kader Muhammadiyah yang menjauhi taqlid buta. Akan tetapi, sangat naif pula ketika kader Muhammadiyah yang ditaraf kemahasiswaan terlalu fanatik dengan satu tokoh baru yang dimunculkan politisi, tanpa mengkaji pemikiran-pemikiran dari orang lain.

*Penulis adalah Ketua Komisariat IMM Salman Al-Farisi Bojonegoro

Reactions

Posting Komentar

0 Komentar