Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Pasang Iklan Dsini

CATATAN KECIL DARI SEORANG KADER

Aku lahir dari kalangan masyarakan menengah ke bawah, minim pengetahuan dan kurang pergaulan. Keluargaku bukanlah keluarga yang penuh dengan kecukupan, semua harus dilakukan dengan upaya yang susah payah. Akupun juga bukan anak yang pandai mengaji ataupun anak pesantren. Aku belajar agama hanya sebatas mengaji di mushola kecil, itupun ketika usiaku SD, mulai SMP, SMA, aku berhenti mengaji. Semua itu aku pandang dengan alasan aku pengen mengaji lebih dari sekedar membaca Al-quran. Karena selama aku mengaji di mushola kecil itu, aku hanya belajar membaca Al-quran tanpa ada perpaduan belajar agama tentang hal lainnya. Ketika itu aku mempunyai niat untuk selalu naik ke tingkat yang lebih tinggi.

Terkadang aku merasa iri dengan anak – anak yang bisa belajar di Pondok Pesantren, mereka tau banyak tentang agama Islam. Tetapi apalah daya, keluargaku sudah semaksimal mungkin mendidikku dengan segenap kekuatan dan kemampuannya, bahkan jerih payah sampai keringatnya tak pernah diperhitungkan dihadapanku.

Sejak duduk di bangku SMA, aku mulai belajar tentang kehidupan, ilmu, pengetahuan, agama dan juga organisasi. Disitulah aku mulai mencari – cari sendiri tentang apa yang selalu kuinginkan ketika aku kecil. Dua kalimat yang selalu kuingat dari orang tuaku, “Ibu tidak bisa membelikan, besok beli sendiri ketika sudah bisa cari uang sendiri”, itu kalimat yang selalu terucap dari bibir ibuku ketika ibu tau aku mempunyai keinginan namun ibuku tak mampu membelikan. Yang kedua kata – kata dari Bapakku, “Semua yang aku lakukan sudah aku niatkan dalam hatiku, walaupun berfikir terkadang tak mampu, tapi pasti ada jalan”. Apa yang dikatakan bapakku tak lain adalah niat untuk mendidikan dan menjadikan aku anak yang berilmu.

Menangis, menangis, dan menangis ketika aku melihat orang tuaku sakit. Aku berdo’a “Semoga apa yang diusahakan orang tuaku mampu aku wujudkan dan aku mampu menjadi anak yang Sholeh dan berbakti kepada orang tua”.

Sekarang aku masuk di bangku Kuliah, dengan segala kemampuan yang dapat aku lakukan dan bantuan kedua orang tua, aku belajar sebagai Mahasiswa di Kampus Muhammadiyah dengan bantuan temanku untuk masuk di bangku tersebut. Dari situlah aku mulai belajar lebih dalam tentang agama Islam. Akupun masuk sebagai bagian dari Persyarikatan Muhammadiyah. Aku juga bergabung di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat STIT Muhammadiyah Bojonegoro.

Disinilah awal aku belajar agama seperti awal keinginanku ketika aku tak mampu belajar di Pondok Pesantren. Walaupun dengan segala keminiman pengetahuan, aku selalu berusaha dan terus berusaha dengan cara – cara dan karakter yang aku miliki. Setelah bergabung juga dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, aku mulai belajar berorganisasi dan berpolitik. Disitulah aku mendapatkan banyak pengetahuan, baik agama, jaringan komunikasi, teman dan yang jauh lebih penting adalah pengalaman hidup yang realitas. Aku mulai menapaki langkahku di organisasi ini. Berawal sebagai kader IMM, walaupun bukan dari warga Muhammadiyah, tapi aku mendapatkan kenyaman di Muhammadiyah dan aku mempunyai cita – cita kecil untuk mengembangkan Muhammadiyah di daerah tempat tinggalku, yaitu di kecamatan Sekar. Yang mana di Kecamatan Sekar memang mayoritas masyarakat dengan adat Ke-NU-an, namun wawasan mereka tentang Keislaman masih banyak yang berpandangan melenceng dari syariat Islam. Oleh sebab itu, aku ingin mengubah pandangan masyarakat tentang islam sesuai dengan syariat Islam yang telah dituliskan dalam Al-qur’an dan As-sunah. Selain disisi itu, aku juga ingin terus berproses di IMM dan juga di Muhammadiyah, bukan berarti aku berpandangan bahwa di Muhammadiyah mempunyai banyak amal – amal usaha, tapi aku ingin mengembangkan Muhammadiyah dan Islam lewat sebuah wadah Organisasi yaitu Muhammadiyah.

Billahi fii sabililhaq fastabiqul khoirot.

By : Ahmad Khoiris
Reactions

Posting Komentar

0 Komentar