Oleh : *Arif R. Hakim
Indonesia merupakan negara yang sangat dikagumi oleh berbagai bangsa dari penjuru bumi, kekayaan alam, kekayaan akal, dan kearifan lokal yang masih terjaga hingga saat ini menjadikan Indonesia tetap eksis dalam persatuan dan kerukunan bangsa. Bineka Tunggal Ika yang menjadi semboyan kerukunan dalam bangsa masih tetap terjaga dengan utuh tanpa lecet sedikitpun di setiap intisari makna yang terkandung di dalamnya.
Berbicara tentang kerukunan bangsa sebenarnya sangat miris bagi saya pribadi, bagaimana tidak? Ketika para bule yang berkunjung di indonesia menikmati seluruh unsur alam yang tegak berdiri di atas tanah Indonesia harus tercoreng dengan sebuah kegiatan 5 tahun sekali. Ya apalagi kalau bukan mengenai pesta demokrasi, pesta yang seharusnya mampu menjadikan masyarakat untuk bersenang-senang, mempererat tali persaudaraan antar bangsa namun sirna akan bejatnya calon-calon penghianat rakyat yamg ingin menjadi penguasa atas nama rakyat.
Hal tersebut memang tidak bisa di pungkiri lagi, ketika jati diri event 5 tahun sekali ini mulai dihilangkan oleh para penghianat bangsa yang lebih mementingkan perut pribadi, sanak family, dan para koalisi. Kita bisa bercermin pada pesta demokrasi belakangan ini, dimana banyak politisi yang sarat akan kepentingan untuk menguasai kursi empuk yang bersemayam di gedung mewah nan tegap berdiri.
*Bobroknya Moral (yang katanya) Akademisi
Keanggunan jalan sang putri demokrasi yang seharusnya mampu memikat mata lalu turun ke hati harus terkontaminasi oleh berita hoax akhir-akhir ini menjadi semakin terkenal, mungkin karena penampilannya yang seksi sehingga mampu memikat mata yang turun menjadi nafsu birahi untuk menguasai kursi legislatif.
Tak terkecuali oleh Akademisi (katanya sih), mereka seharusnya mampu memberikan cerita untuk edukasi kepada masyarakat akan keindahan pesta demokrasi ini. Namun karena akal yang tak mampu mengendalikan nafsu birahi yang di miliki sehingga kedunguan yang menghampiri pikiran mereka yang maruk akan duniawi. Tidak perduli akan aturan-aturan yang di tetapkan di negara ini yang penting nafsu terpenuhi untuk perut sendiri dan koalisi, hihi.
Belum berhasilnya pendidikan moral para akademisi (terkhusus yang kini mencalonkan jadi anggota legislatif) hanya akan memperburuk generasi mendatang dan saat ini. Setelah membaca tulisan yang tidak berguna ini mungkin para pembaca akan semakin jijik dengan penulis karena terlalu naif, hehe. Tapi sebelum berakhirnya tulisan ini, izinkanlah penulis memberikan sebuah kumpulan frasa untuk para pemuda terkhusus mahasiswa yang terus mengawal pesta demokrasi.
Derap peluru menghampiri setiap nadi ini
Bukan hanya saat di perkosa oleh koloni
Bahkan saat aku merdeka pun masih di hantui oleh penghianat negeri
Tuhanku yang Maha Agung nan Maha Merajai
Jagalah hambamu yang masih ingin hidup ini
Tak perduli berapa juta para penghianat negeri
Dekaplah aku dalam pusaran Amar Ma`ruf Mu.
Terkhusus para pemuda yang mencintai ibu pertiwi
Tetaplah semangat untuk melawan para penghianat negeri
*Penulis adalah kaum proletar yang ingin menikmati drama demokrasi tanpa sensor dari KPI
0 Komentar