PENA-BOJONEGORO, Salah satu
kapupaten kecil yang ada di Jawa Timur dengan sumber daya alam yang begitu
melimpah yaitu minyak bumi. Dari sebab itulah banyak yang menyebut kapupaten
ini adalah lumbung minyak. Kabupaten ini dilintasi sungai bengawan solo. Selain
dijuluki lumbung minyak, kabupaten ini juga dijuluki daerah langganan banjir.
Nama kaupaten tersebut adalah Bojonegoro.
Bojonegoro
merupakan tempat kelahiran saya, di mana saya menjadi salah satu penonton dalam
drama yang ada di sini. 24 tahun menjadi warga Bojonegoro dan bergelut dalam
proses pendidikan juga di Bojonegoro. Banyak sekali drama-drama yang agak melancolis saya lihat di sini. Mulai
dari kegembiraan, kesedihan, tawa, tangis dan lain sebagainya.
Dengan sebutan
lumbung minyak, seharunya hal tersebut
akan mendukung tingkat kemakmuran rakyat. Sebab pendapatan yang dihasilkan
pasti akan bisa menjadi salah satu solusi dari permasalahan yang ada di
kapupaten ini. Namun anehnya, tingkat kesenjangan yang terjadi malah semakin
meningkat. Beberapa kesenjangan tersebut yakni: udara yang semakin panas, harga
bahan pokok meningkat dan pengangguran semakin banyak. Hal ini yang menjadi
tema pembicaraan yang sangat menarik bagi khalayak warga bojonegoro. Mengapa
terjadi hal seperti ini? Padahal angan-angan mereka adalah kesejahteraan. Mirip
sebuah drama kan?
Permasalahan ini
pasti berhubungan dengan kebijakan-kebijakan yang disepakati oleh wakil rakyat.
Kebijakan yang telah disepakati oleh wakil rakyat seharusnya tertuju kepada
kesejahteraan. Karena rakyat memilih wakil mereka dengan tujuan dan keinginan
hal tersebut. Saya selama ini sedikit bingung dengan salah satu keputusan yang
ada. yaitu tentang iijinkanya
eksploitasi besar-besaran terhadap minyak bumi yang ada di sini. Padahal saya meyakini
bahwa meraka (wakil rakyat) paham betul tentang dampak jangka pendek maupun
jangka panjang yang akan terjadi. Jika eksploitasi ini terus berlanjut, 50
tahun yang akan datang tanah di Bojonegoro tidak dapat digunakan untuk bercocok
tanam dan pohon-pohonpun tidak akan bisa tumbuh. Sedangkan sebagian besar
rakyat Bojonegoro mata pencaharinya adalah petani.
Dari satu
permasalahan ini, saya selaku salah satu warga berfikir bahwa ini adalah sebuah
keputusan yang berujung kepada penderitaan. Di mana nanti anak cucu rakyat
Boonegoro tidak akan bisa melihat hijaunya pohon-pohon rindang, nikmatnya
makanan yang dihasilkan dari bercocok tanam sendiri.
Mungkin 50 tahun
ke depan pemerintah akan membuat dinas baru. Yaitu DINAS CINTA LINGKUNGAN.
Karena kondisi alam yang sangat memprihatinkan. Dengan tujuan mensejahterakan
masyarakat dengan cara mencintai lingkungan. Tinggal kita tunggu tanggal
mainya.
Bojonegoro, 17 September 2018
Oleh : Danial Wahyu Al-Haqqy
Ketua Umum PC. IMM Bojonegoro
1 Komentar
Exelent Kang
BalasHapus