PENA-BOJONEGORO, Banyak dari mahasiswa yang baru saja memasuki perkuliahan pasti akan galau, banyak faktor yang membuat galau, salah satunya memilih untuk berorganisasi atau fokus di kelas duduk manis mendengarkan ceramah dari bapak ibu dosen.
Awal perkuliahan adalah awal dari secuil kehidupan yang nyata, dimana mahasiswa dibenturkan beberapa hal yang baru dalam kehidupannya. Pergaulan yang bebas membuat banyak dari mahasiswa salah niat, dari mulai cara pembelajaran dikuliah ataupun lingkungan sekitar, jika kuliah di kota-kota besar seperti malang, surabaya, dan lain sebagaianya, akan merasakan oksigen baru, dinamika perkuliahan sangat berbeda dengan perkuliahan yang ada di kota-kota kecil seperti Bojonegoro.
Sistem pemerintah dan juga oknum-oknum bertitel adalah faktor utama yang mempengaruhi lingkungan dalam pencarian ilmu yang maha tinggi tersebut, hal itu sangat terasa di Bojonegoro khususnya. Perguruan tinggi atau sederajatnya yang sebenarnya tidak boleh dimasuki partai politik, kini malah terbuka luas untuk lahan judi oleh kalangan elit politik, yang paling disayangkan para mahasiswa cukup menjadi penonton karena mata, lisan, dan telinga mereka sudah dibeli dengan harga rendah, ya bisa diambil kesimpulan bahwa kaum penerus bangsa yang maha tinggi sama dengan kambing yang harga dirinya sangat rendah.
Nilai-nilai sosial dalam jiwa mahasiswa perlahan-lahan dikikis lewat kegiatan yang tidak rasional dalam dunia pendidikan, seakan Tridharma Perguruan Tinggi lenyap didasar minyak yang melimah ruah di kota Bojonegoro ini. Memang didalam kampus mahasiswa dieprbolehkan untuk berorganisasi, akan tetapi ide-ide kreatif yang digagas dipangkas dna dibatasi juga oleh Maha Dosen, entah modus apalagi yang dilakukan.
Organisasi yang melatih manusia mengenla bahwa manusia bagian dari makhluk sosial seakan hilang nilai sosialnya, banyak organisasi yang bergerak dan bersaing hanya untuk eksistensi individu. Gempa lombok misalnya, mereka berbondong-bondong membuat kegiatan untuk menarik donasi kepada masyarakat, bukan untuk kepedulian sosial, tapi tidak lain tidak bukan hanya untuk eksistensi dari organisasi itu sendiri dan yang paling parah untuk eksistensi individu agar dilihat bapak-bapak berdasi.
Ikatan mahasiswa muhammadiyah salah satu contoh organisasi mahasiwa yang bergerak dalam bidang sosial yang berlandaskan teologi-teologi yang ada di Al quran, misalnya Al-ma'un dan Al-ashr. Sangat kompleks tujuan dari IMM dalam setiap pergerakannya, karena sinkron dengan cita-cita Muhammadiyah yang tujuan finalnya yaitu "khoiru ummah".
Perlu diketahui, IMM memang organisasi Muhammadiyah akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika kader-kader IMM banyak yang tidak dari keluarga Muhammadiyah. Alasannya karena IMM adalah organisasi perkaderan dan organisasi pergerakan. Jadi setiap pergerakannya akan mempertimbangkan yang namanya progres dari kader dan nilai gerakan yang diciptakan. Sangat cocok untuk mahasiswa baru yang bingung mau fokus menjadi kambingnya para kaum elit atau mempersiapkan diri untuk kehidupan yang akan datang, yaitu di masyarakat.
IMM hadir dengan nilai-nilai yang diajarkan Rasulallah SAW, yang mana saat zaman beliau berdakwah perjuangkan untuk menegakkan ajaran islam sangatlah sosialis sekali. Rasulallah SAW sangat membela kaum tertindas sehingga banyak sahabat Rasul yang berasal dari budak dari pada saudagar. Begitu juga saat agama Islam diperangi oleh musuh-musunya Rasul mengkomando untuk melawan kedzoliman dengan cara yang islami dan penuh dengna keadilan (manifesto gerakan intelektual profetik). Jadi sangatlah pas untuk dicontoh oleh pergerakan mahasiswa diera sekarang, yang mana harapan dari masyarkat sebagai "agent of change, agent of power, and agent of control" bisa terealisasikan, lewat gerakan yang ada di IMM, dan endinya adalah terciptanya "baldatun thoyibatul warobun ghofur".
Oleh : Farhan Ulil Mu'tamar Burhan
Ketua Komisariat IMM Salman Alfarisi Bojonegoro
0 Komentar