PENA-BOJONEGORO, JAKARTA – Menjelang
peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 2017besok,
kerap diadakan berbagai perayaan sebagai ungkapan syukur atas 72 tahun
Indonesia merdeka. Perayaan tersebut biasanya dilakukan dengan berbagai
cara, mulai dari mengadakan perlombaan, upacara kemerdekaan hingga
menggelar panggung hiburan.
Namun setelah 72 tahun Indonesia merdeka, selama itu pula sering kali
bangsa ini larut hanya dalam seremonial belaka, tidak menghayati makna
kemerdekaan sesungguhnya dengan jiwa, pikiran dan cita-cita kemerdekaan
yang digagas oleh para pendiri bangsa seperti yang disampaikan oleh
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir.
“Jujur kita ini sekarang mengalami erosi, mengalami distorsi bahkan
mengalami deviasi dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara,”
ucapHaedar, Rabu (16/8).
Politik Indonesia yang liberal sering kali diperparah dengan penetapan
regulasi atau peraturan yang menurut Haedar salah langkah dengan
mengabaikan prinsip demokrasi dan hukum. Dalam bidang ekonomi, Indonesia
sebagai negara kaya raya dengan sumber daya alam yang melimpah ruah
pernah mengusung misi ekonomi kerakyatan, namun ini kemudian kalah
dengan ekonomi kapitalis yang mendominasi kehidupan bangsa Indonesia.
Dalam kehidupan sosial budaya secara keseluruhan masyarakat dan elit
bangsa ini selalu menunjukan kepribadian Indonesia dengan berbagai
slogan, bahkan pemerintah dengan nawacitanya berkeinginan untuk
membangun karakter Indonesia.
“Namun dalam praktik kehidupan kita saat ini budaya sekular-liberal
menjadi sangat dominan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa, lebih dari
itu dengan media sosial kita menjadi bangsa yang cenderung membolehkan
ujaran apa saja tanpa bingkai keadaban, tatakrama, sopan santun dan
akhlak mulia,” sesalnya.
Maka dengan ini Muhammadiyah mengajak seluruh warga bangsa dan elit
negeri untuk bagaimana merekonstruksi nilai-nilai kebangsaan yang
diletakan oleh para pendiri bangsa. “Agar bangsa ini jelas arahnya,
terutama dalam bidang politik, ekonomi dan budaya,” terang Haedar.
Haedar juga mengimbau agar bangsa ini tidak mengalami erosi, distorsi
dan deviasi dalam penerapan nilai-nilai kebangsaan, maka harus ada
penanaman nilai tersebut yang berjangka panjang dan masuk dalam proses
pendidikan yang mencerdaskan, bukan yang instan.
“Jadi kalau sekarang ada UKP-PIP (Unit Kerja Presiden Pembinaan Idelogi
Pancasila), maka unit ini harus betul-betul menanamkan nilai pancasila
yang pas, tidak instan dan tidak indoktrinatif sehingga pancasila
betul-betul dihayati secara luas, mendalam dan aktual,” ungkap Haedar.
Terakhir, terkadang bahkan juga sering kali masyarakat bangsa ini
terjebak dalam ritual seremonial yang serba verbal, akibatnya hari
kemerdekaan yang berlalu dari tahun ke tahun yang ditangkap hanya
kegembiraaanya saja. “Tetapi tidak membekas menjadi nilai-nilai
kemerdekaan yang tertanam di dalam kehidupan kebangsaan kita,” kata
Haedar.
Muhammadiyah sendiri selalu memperingati kemerdekaan tersebut dengan
berbagai pengajian, diskusi, seminar hingga gerakan-gerakan sosial
sebagai bentuk dari pengejawantahan berislam juga mewujudkan pancasila
yang sejalan dengan nilai-nilai Islam.
“Sehingga Muhammadiyah insya Allah tidak akan terlalu terbawa oleh
suasana kehidupan seremonial yang berlebihan, gembira boleh karena kita
ini ulang tahun, tapi kita harus menghabiskan energi kita hanya untuk
kerja-kerja produktif. Selamat ulang tahun Indonesia,” tutup Haedar.
Sumber : muhammadiyah.or.id
0 Komentar