Oleh : *Arif R. Hakim
Pesta Di Malam Yang Abu
Dewasa ini negeri kita di terjang berbagai kondisi baik dari daerah maupun skala nasional, paska pemilu yang berlangsung pada pertengahan april 2019 lalu situasi yang ada pada saat ini menjadi tidak kondusif dikarenakan banyaknya kepentingan elit politik yang memakai jubah rakyat bahkan agama. Kejadian 21-22 mei lalu adalah salah satu contoh yang di akibatkan oleh bejadnya system politik praktis yang dipraktikkan di negara ini, berbagai pihak pun menuai pro dan kontra terhadap kejadiain tersebut, banyak masyarakat yang menjadi korban akan keganasan alat perpolitikan para elite.
Terlepas dari kericuhan paska pemilu april lalu banyak pihak yang menyerang instansi pemerintahan, kritik pun dilayangkan ke pelbagai pihak terkait seperti MENKOPOLHUKAM dan POLRI. masyarakat yang tak berpihak pun juga menjadi korban akan kejadian tersebut, seperti pemutusan jaringan sosial media yang dilakukan oleh MENKOMINFO selama beberapa hari yang bahkan merugikan para pebisnis online hingga ratusan milyar.
Tuhan, Apakah Kau Akan Menjadi Manusia?
Manusia pada masa ini telah berlebihan dalam mengartikan hidup, memakai jubah agama digunakan untuk menyerang setiap pihak yang tidak sepemikiran denganya. Caci-maki dihantamkan ke pihak-pihak yang bersebrangan dengan pemikiranya. Hati yang mati menjadi dasar logika hingga banyak manusa yang memposisikan dirinya sebagai Tuhan.
Memang menyeramkan, namun itu adalah fakta yang terjadi pada masa ini, manusia-manusia karbit yang kurang memahami tafsir hidup menggunakan logika yang cacat yang sarat akan nafsu untuk selalu benar. Kehidupan memang sangat membingungkan kepala, apabila kita baik kita akan disangka ada maunya, apabila kita jahat kita akan dihajar habis-habisan entah oleh siapapun yang bernama manusia seperti yang terjadi belakangan ini, aksi demonstrasi yang berlangsung pada tanggal 21-22 mei 2019 yang mana telah memakan banyak korban, dan akhirnya banyak pihak mengeluarkan spekulasi saling menyalahkan satu sama lain dan masih banyak yang lain.
Andai dzat yang maha menciptakan kehidupan turun tangan untuk turut serta dalam peperangan di dunia manusia, pastilah tuhan berpihak kepada orang-orang baik yang mana tidak pernah mengklaim dirinya selalu benar akan tetapi selalu membela kebenaran, membela kaum-kaum mustadz’afin yang tidur di kolong jembatan, atau bahkan membela seorang pelacur yang selalu memberi makan anak-anak yatim.
*Penulis adalah Mahasiswa Tingkat Akhir di Akademi Komunitas Negeri (AKN) Politeknik Bojonegoro
0 Komentar