Oleh : *Arif Rohman Hakim
IMMBOJONEGORO.OR.ID - Bojonegoro merupakan salah satu kota kecil yang kaya akan sumber daya alam, hutan-hutan yang mengakar di tanah angling dharma, dan gas-gas yang bersemayam di perut bojonegoro adalah salah satu bentuk kekayaan yang diwariskan oleh tuhan kepada masyarakat bojonegoro.
Berbicara mengenai keindahan alam bojonegoro, maka kita wajib mengunjungi desa kalangan yang termasuk di lingkup kecamatan Margomulyo, bertepatan dengan perbatasan Kabupaten Ngawi.
Desa kalangan memiliki banyak hal unik yang mungkin tidak ada di daerah-daerah lain. Salah satu bentuk yang paling saya sukai dari desa ini adalah kebudayaan yang masih mencerminkan sopan santun, ramah, dan semangat bergotong royong yang sudah mulai pudar di daerah-daerah lain.
Disisi keindahan alam yang di sajikan di desa kalangan, kecamatan Margomulyo terdapat salah satu permasalahan yang saya kira amat memprihatinkan. Ya tentu saja, apalagi kalau bukan mengenai infrastruktur. Ketika saya mencoba menikmati keindahan alam di desa ini, saya terpaku ketika melihat sebuah jalan yang terpaksa harus di pisahkan oleh kali yang menuju ke bengawan solo.
Di sisi sebelah barat kali tersebut, terdapat persawahan dan beberapa rumah yang terpisah dari pemukiman penduduk. Seketika saya pun mencoba mendekati rumah yang terpencil tersebut dengan beberapa teman, di temani sebuah getek yang menjadi alat transportasi sehari-hari warga yang akan pergi kesawah.
Kami pun bertemu dengan ibu tamyas selaku salah satu warga yang menghuni di bagian barat kali. Kami pun berbincang mengenai infrastruktur yang masih mangkrak yakni mengenai pembangunan jembatan penghubung antara penduduk desa kalangan di sebelah timur dan barat kali.
Ibu tamyas mengungkapkan "Kalau dulu sih pernah dengar katanya mau di bangun jembatan di tahun 2015", beliau pun mengungkapkan kesusahan akses jalan ketika air kali mulai meninggi sehingga kegiatan beliau dan juga anak-anak beliau menjadi terganggu, "kalau air naik ya anak-anak ga sekolah, tapi guru-guru sudah memahami keadaan kita dalam artian guru-guru juga paham ketika air naik anak-anak tidak ada akses untuk pergi belajar ke sekolah" ujar beliau.
Setelah mewawancarai ibu tamyas, kami pun mencoba mencari informasi di pihak desa, kami pun bertemu dengan bapak Kasmani selaku Kepala Desa Kalangan. Beliau mengungkapkan bahwa hal itu memang benar, "Mengenai jembatan, sebenarnya dulu sudah sempat mau kami bangun, tapi karena ada kegiatan politik di desa berdampak di pembangunan jembatan tersebut".
"Setelah agenda politik di desa berakhir, kami juga mencoba meloby ke berbagai pihak, mulai dari anggota dewan, dan juga pemkab. Selain itu kita juga tertekan dengan adanya perbub bupati mengenai pembangunan desa. Kami juga sudah mengajukan di apbd tahun 2019 tapi masih belum tahu akan di acc atau enggak, kalaupun dana apbd 2019 tidak di acc, kami bertekat di tahun 2020 untuk membangun jembatan gantung yang memiliki daya beban sekitar 2 ton", Pungkas beliau.
Kalangan ku sayang, kalanganku malang. Semoga kesenjangan yang ada di desa kalangan dan juga desa-desa lain se-Bojonegoro mampu teratasi di kepemimpinan ibu Bupati kita yang katanya Ngayomi Dan Ngopeni ini.
*Penulis adalah mahasiswa Prodi Mekanik Informatika R-AKN Bojonegoro
1 Komentar
👍 lanjutkan karya mu
BalasHapus