IMMBOJONEGORO.OR.ID - Melihat pernyataan sikap yang dilakukan Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) yang beredar di what apps pada Ahad (17/2) lalu yang menyikapi terkait ketidak hadiran bapak Prabowo Subianto dalam undangan pembukaan Tanwir Muhammadiyah di Bengkulu, IMM Bojonegoro melakukan kritik terhadap pernyataan DPP IMM tersebut. Apa yang disampaikan DPP IMM tersebut dirasa tidak perlu disampaikan karena hal tersebut justru memperlihatkan sikap DPP IMM yang juatru condong sebelah.
Kutipan Release yang dilakukan oleh DPP IMM :
Press Release
Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Muhammadiyah menggelar sidang Tanwir di Bengkulu, 15-17 Februai 2019. Tanwir kali ini mengusung tema “Beragama yang Mencerahkan”. Muhammadiyah hendak mengajak seluruh elemen bangsa ini, bahwa prulalitas suatu keniscayaan sekaligus modal dasar bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, pesan beragama yang mencerahkan adalah upaya untuk mengoptimalkan modal kebangsaan untuk menghadirkan bangsa yang maju, negara yang berdaulat, adil dan makmur sebagaimana cita-cita pendiri bangsa yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Sebagaimana yang di sampaikan oleh Sekertaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. Abdul Mukti, bahwa gelaran tanwir akan mengundang tokoh bangsa yaitu Ir. Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Muhammadiyah ingin mendengar uraian narasi keindonesiaan dari kedua tokoh bangsa tersebut. Namun, sebagaimana kita ketahui bahwa Prabowo Subianto tidak dapat hadir dalam acara yang terhormat itu. Tanwir hanya dihadiri oleh tokoh bangsa Ir Joko Widodo.
Melihat kondisi demikian, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) memandang perlu menyampaikan hal-hal berikut:
1. DPP IMM mengapresiasi Muhammadiyah yang telah mengundang Ir Joko Widodo dan Prabowo Subianto sebagai tokoh nasional dalam acara Tanwir Muhammadiyah di Bengkulu 15-17 Februari 2019. Niat baik menghadirkan kedua tokoh tersebut dalam uapaya mendengarkan informasi yang berimbang dari kedua tokoh. Hal demikian adalah bentuk netralitas aktif Muhammadiyah dalam bernegara.
2. DPP IMM mengapresiasi PP Muhammadiyah telah menjalankan keputusan organisasi sebagaimana amanah khittah Denpasar tentang politik kebangsaan. Muhammmadiyah menyerahkan urusan pilihan politik warga Muhammadiyah kepada setiap individu sebagai haknya berbangsa dan bernegara.
3. DPP IMM sangat menyayangkan ketidakhadiran Prabowo Subianto dalam gelaran Tanwir Muhammadiyah. Forum terhormat ini harusnya menjadi ajang menjaga hubungan baik antara tokoh bangsa dengan Muhammadiyah, selain mendengan pandangan dan narasi kebangsaan dari kedua tokoh tersebut.
4. DPP IMM merasa kecewa, karena forum yang terhormat dan mulia ini tidak dihadiri oleh beliau. Forum tanwir ini seharusnya dimanfatkan oleh prabowo untuk meyakinkan bahwa dirinya layak memimpin Indoneaia kedepan, namun malah tidak hadir. Jadi terkesan Prabowo Subianto seoalah menafikkan (meniadakan/mengkesampingkan) keberadaan Muhammadiyah sebagai organisasi yang besar yang terbukti telah turut serta membangun bangsa dengan amal-amal yang nyata.
5. DPP IMM menyesalkan atas ketidakhadiran prabowo tanpa alasan yang jelas. Ini adalah bentuk pengabaian dan menomorduakan undangan Muhammadiyah, tentu ini sangat menganggu. Padahal undaangan sudah jauh2 hari dilayangkan kepada beliau.
6. DPP IMM memandang bahwa ketidakhadiran Prabowo Subianto, walaupun kapasitasnya sebagai tokoh bangsa, akan menggerus elaktabilitas dan ketidak percayaan kepada Prabowo Subianto yang kapasitasnya juga sebagai calon presiden di kantong warga Muhammadiyah.
Bengkulu, 16 Februari 2019
Ketua Umum DPP IMM
ttd
NAJIH PRASTIYOD
Disampaikan oleh Farhan Ulil, ketua umum IMM Komisariat Salman Alfarisi bahwa apa yang dikatakan kakanda Najih Prasetyo selaku Ketua Umum DPP IMM tidak semuanya salah, akan tetapi pernyataan sikap DPP IMM saat ini saya rasa menjadi blunder untuk gerakan kemahasiswaan di IMM, pasalnya DPP sangat mengapresiasi PP Muhammadiyah untuk mengundang kedua tokoh bangsa sehingga Muhammadiyah menjadi organisasi yang netral akan kontestasi politik saat ini, sangat disayangkan ketika DPP IMM hanya meluapkan kecemburuan terhadap salah satu tokoh yang tidak hadir dan itu pun terdapat di poin 3-6.
Menurut saya, lanjut Ulil sapaan akrabnya, elektabilitas seorang ketua DPP IMM saat ini kurang cakap dan kurang cerdas, dikarenakan terlalu fokus terjebak dalam romantisme perpolitikan topeng dari kedua tokoh besar, sehingga terkesan condong sebelah.
"Semestinya banyak isu yang seharusnya disoroti oleh DPP IMM selaku pimpinan tertinggi di IMM, contohnya prularisme terhadap perkembangan industri 4.0 atau bisa isu-iau yang lain",. Tutup Ulil. (Kho/Ulil)
0 Komentar