Pena Mahasiswa - Pesta demokrasi merupakan perayaan masyarakat untuk memilih calon pemimpin yang dianggap telah mampu untuk mengemban amanah tersebut. Pemilu atau pemilihan umum itu sebutannya.
Tiga bulan menjelang pemilu 2019, banyak hal yang menjadi sorotan. Salah satunya adalah kotak suara yang terbuat dari kardus. Hal ini sangat viral menjadi pembahasan dikalangan politikus, masyarakat, tak lebih juga mahasiswa.
Ketua KPU Arif Budiman menyampaikan bahwa walaupun kotak suara terbuat dari kardus, tetapi beliau yakin kotak tersebut kuat dan mampu untuk menjaga kestabilan jalannya pemilu 2019 nanti. Kotak mampu menahan beban hingga 70 kilogram. Sedangkan setelah kotak tersebut diisi dengan surat suara berat maksimal hanya 7 kilogram. Terkait dengan kecurangan, itu tidak bisa diukur hanya dengan bahan pembuatan kotak suara, Tegasnya (Detik News, 25/12/2018).
Hal ini sangat ironi jika paradigma masyarakat dibangun hanya karena bahan pembuatan kotak suara dan itu menjadi masalah. Padahal permasalahanya adalah kepercayaan masyarakat yang turun karena pemilu dianggap bukan lagi pemiliham murni. Tidak peduli kotak suara dari baja, besi, atau alumunium. Legitimasi telah pudar karena banyak yang menganggap kecurangan itu bukan dari luar melainkan dari dalam. Jadi, dari bahan apapun, tidak akan berpengaruh terhadap kepercayaan yang sudah terbangun.
Seharusnya konteks inilah yang perlu dibenahi. Bagaimana mungkin pemilu dianggap benar dan bersih jika kepercayaan masyarakat itu tidak ada. Mari kita bayangkan bersama. Apabila seluruh masyarakat telah percaya dan yakin bahwa pemilu akan berjalan dengan adil dan benar, maka tidak peduli kotak suara terbuat dari apapun itu tidak ada pengaruhnya. Karena sudah ada paradigma yang konkret tentang pemilu. Namun, yang terjadi sekarang sebaliknya. Justru dari hal kecil itu muncul permasalahan yang besar karena kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap jalanya pemilu.
Sumberrejo, 26 Desember 2018
Ditulis Oleh : Danial Wahyu A.
(Ketua Umum PC. IMM Bojonegoro)
0 Komentar