Oleh Muhammad Utama Al Faruqi (Sekretaris PCIM Arab Saudi)
Bagi kader-kader Muhammadiyah yang masih duduk di bangku sekolah, yang
sebagian besar dari mereka adalah aktivis Ikatan Pelajar Muhammadiyah
(IPM) dan sebagian lainnya adalah kader KOKAM Pemuda Muhammadiyah
seringkali berhadapan dengan masalah antara sekolah dengan kegiatan
organisasi. Bahkan banyak juga orangtua yang sampai melarang
putra-putrinya untuk aktif di organisasi pelajar. Karena banyaknya kader
yang “gugur” di tengah jalan, baik sekolah maupun aktivitas
organisasinya.
1. Meluruskan niat
Ketika seseorang kader Muhammadiyah yang pastinya beragama Islam. Sudah
seharusnya untuk meniatkan dan mengarahkan semua aktivitasnya untuk
ibadah, lebih khusus dalam belajar dan berorganisasi. Agar aktivitas itu tidak sia-sia hilang begitu saja, bahkan bernilai tinggi. Karena ibadah adalah sesuatu yang mencakup atas semua yang dicintai
Allah dan diridhai-Nya, dari perbuatan dan perkataan yang nampak maupun
tidak. Kader selalu dituntut untuk berkorban, mengorbankan waktu tidur,
istirahat, dan bahkan waktu libur. Maka jika itu tidak diniatkan untuk
ibadah, hanya akan terbuang sia-sia.
Kita berjuang lewat Muhammadiyah, bukan untuk Muhammadiyah. Hendaknya kita fokus pada meninggikan dua kalimat syahadat yang
melingkar, tanpa harus meninggalkan tulisan “Muhammadiyah” yang ada
ditengah panji perjuangan. Resapilah maksud dan tujuan Muhammadiyah, dan pesan-pesan para tokoh
pendahulu : KHA Dahlan, KH AR Fahruddin, Buya Hamka, Jendral Sudirman,
dll.
Beberapa tips dalam mengatur diri dan waktu :
Membuat skala prioritas, bahkan lebih baik lagi jika membuat list atau
daftar tugas agar lebih tertata dan rapi. Sehingga setiap kader
mendahulukan yang memang itu penting baginya.
· Jam shalat sebagai pokok aturan.
· Tegas kepada diri sendiri.
· Mengurangi ketergantungan pada hal-hal yang kurang bermanfaat.
· Menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang tepat.
Kawan yang baik, akan banyak membantu kader dalam menjalankan semua
tugasnya. Karena kader selalu dituntut dengan berbagai kesibukan. Terkadang kader juga harus absen dari kegiatan belajar di kelas, dan berbuat kesalahan. Maka di sinilah pentingnya kawan yang baik yang memberi nasehat, doa dan membantu dalam belajar. Ingat, dalam belajar bukan ujian.
Sekuat-kuatnya diri kader mengerjakan semua tugas, jika Allah
memberinya penyakit, akan tumbang juga. Maka disinilah pentingnya
seorang kader menyerahkan semua tugas dan urusannya (baik sekolah atau
aktivitasnya) kepada Allah, dzat Yang Maha Kuat. Jika bukan kepada
Allah, lalu kepada siapa ? berdoa, meminta doa dan mendoakan. Dan sebaik-baik yang diminta doa adalah kedua orangtua.
Allah dulu, Allah terus, dan Allah lagi.
Dari Allah, untuk Allah dan karena Allah
0 Komentar